Kerangka Teoritik "Analisis Logo P.T. Kereta Api Indonesia Persero"

 A. Definisi

      Mengenai P.T. Kereta Api Indonesia merupakan suatu entitas korporasi milik negara yang menjalankan seluruh aktivitas operasional layanan transportasi rel di seluruh Indonesia yang didirikan dengan tujuan utama untuk menyediakan akses transportasi massal yang komprehensif bagi seluruh lapisan masyarakat sekaligus mendorong pengembangan infrastruktur nasional dan adopsi teknologi modern. Selain itu, P.T. KAI turut memegang peran dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia dalam upaya mencapai keberlanjutan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

      Dalam seluruh aktivitas operasionalnya, P.T. Kereta Api Indonesia memegang beberapa visi dan misi yang mencerminkan tujuan serta target kinerjanya dimana visi berfokus pada upaya menciptakan badan usaha tersebut menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik di seluruh Indonesia,  serta misi untuk sistem transportasi yang aman efisien berbasis digital dan berkembang pesat untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, mengembangkan solusi transportasi masal yang terintegrasi melalui investasi dalam sumber daya manusia, infrastruktur, dan teknologi, serta memajukan pembangunan nasional melalui kemitraan dengan para pemangku kepentingan, termasuk memprakarsai dan melaksanakan pengembangan infrastruktur - infrastruktur penting terkait transportasi. 

      Dalam perjalanannya, badan usaha  tersebut telah mengalami perkembangan yang mengharuskan untuk beberapa kali mengubah nama dimana hal tersebut disebabkan oleh arus perkembangan pada situasi dan kondisi negara dari awal kemerdekaan hingga masa kini, perubahan nama tersebut awalnya dimulai dengan penamaan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) dari tahun 1945 hingga 1950 dimana pada masa ini, DKARI mengalami periode perjuangan besar dan sulit untuk berpatisipasi dalam upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman kolonialisme. 

      Setelah masa perjuangan dengan kolonialisme, Indonesia menerima pengakuan kemerdekaan sehingga DKARI kembali mengalami perubahan menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) dari tahun 1950 hingga 1963 dimana badan usaha tersebut mengalami perkembangan signifikan sebelum kembali mengalami perubahan menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) dari tahun 1963 hingga 1971. Meskipun pada masa ini sempat mengalami masalah akibat krisis perekonomian tahun 1965, namun PNKA mampu menjalankan berbagai kebijakan untuk perlahan menuju pemulihan sebelum kembali mengalami perubahan nama menjadi Perusahaan Djawatan Kereta Api (PJKA/Perjanka) dari tahun 1971 hingga 1991.

      Pada masa ini, terdapat beberapa perkembangan pada layanan kereta api penumpang yang memfokuskan pada unsur waktu perjalanan dan kenyamanan perjalanan sehingga diharapkan memberi nilai peningkatan kepercayaan serta keyakinan masyarakat dalam menggunakan jasa layanan kereta api. Meskipun pada awal 1990-an sempat mengalami penurunan kepercayaan akibat beberapa kendala pada kenyamanan perjalanan, namun nama PJKA/Perjanka tetap mengalami perubahan menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dari tahun 1991 hingga 1999 sebelum pada akhirnya mengalami perubahan menjadi P.T. Kereta Api Indonesia (P.T. KAI) pada tahun 1999 dimana nama P.T. KAI masih digunakan hingga saat ini.

      Perjalanan panjang P.T. KAI tidak terlepas dari segala pengembangan inovasi dengan tujuan memberikan peningkatan pada pelayanan baik penumpang ataupun jasa barang yang berpotensi pada peningkatan nilai-nilai kepercayaan dan keyakinan masyarakat untuk selalu menggunakan jasa layanan kereta api sebagai sarana transportasi. Pengembangan tersebut dimulai dari beberapa inovasi pada kereta-kereta pengangkut barang hingga kereta pengangkut penumpang yang hingga masa kini terus mengalami pengembangan dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat serta sumber daya yang dimiliki. Segala hasil inovasi tersebut juga telah menjadi kenangan nostalgia bagi para masyarakat serta bukti perjuangan bagi P.T. KAI untuk mempertahankan nilai positif untuk perkembangan negara.

      Namun di sisi lain, perjuangan P.T. KAI tidak terlepas dari segala unsur-unsur negatif, hambatan, hingga ancaman baik dari dalam maupun luar yang sewaktu-waktu bisa membahayakan hingga menghancurkan badan usaha tersebut. Segala unsur negatif, hambatan, hingga ancaman tersebut benar-benar membutuhkan penanganan yang serius dan keras agar mampu memberikan perlindungan kokoh terhadap kinerja operasional serta nama baik P.T. KAI sehingga terjamin keamanan dan keselamatannya bagi masyarakat dan negara. Penanganan terhadap unsur negatif, hambatan, hingga ancaman yang telah menjadi pengalaman P.T. KAI dalam potensi penanganan lainnya yang bisa terjadi di waktu ke depan sehingga memberikan pelajaran serta solusi efektif yang akan diimplementasikan oleh badan usaha tersebut.

      Tantangan lain yang wajib dihadapi P.T. KAI dalam aktivitas operasional adalah bagaimana cara memberikan tanggapan balik terhadap segala keluhan, kritikan, serta saran dari beragam pihak yang menyampaikan keperluan, ketertarikan, hingga masalah yang menghambat atau mengganggu kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. Dengan keyakinan,  pengetahuan, dan pengalaman, P.T. KAI perlahan mampu menganalisis segala keluhan, kritikan, serta saran tersebut menjadi sebuah solusi yang inovatif serta tepat guna, baik berupa hasil barang atau perubahan pola aktivitas, sehingga mampu menciptakan sebuah upaya penyelesaian yang menyesuaikan kondisi dan situasi serta sumber daya yang ada.

      Mengikuti siklus perjuangan tersebut, P.T. KAI telah menjadi badan usaha transportasi kereta api yang telah mengalami beragam kemajuan dan perkembangan untuk selalu hadir mendukung operasional layanan kereta api di Indonesia demi mendukung kegiatan dan kebutuhan masyarakat, memperkuat upaya pembangunan infrastruktur negara, serta mengahdirkan solusi transportasi yang efisien yang terintegrasi melalui investasi dalam sumber daya manusia dan teknologi.

B. Objek

      Terlepas dari segala perkembangan dan pengalaman pada aktivitas operasionalnya, P.T. KAI mungkin akan sulit diperkenalkan oleh masyarakat dan negara apabila tidak dilengkapi dengan brand logo. Hal tersebut dikarenakan sebuah brand logo mampu memberikan representasi secara visual terhadap identitas, kepribadian, nilai, serta visi dan misi badan usaha P.T. KAI yang mendukung penyampaian pesan dan informasi lebih detail tentang niat, tujuan, dan maksud dari berdirinya P.T. KAI.





      Visualisasi pada bentuk, warna, dan tipografi pada logo P.T. KAI mencerminkan serta mengekspresikan upaya badan usaha tersebut dalam membangun indentitas yang kohesif dan mudah dikenali oleh masyarakat dan negara. Penelitian yang komprehensif akan mengurai secara mendalam makna tersembunyi di balik elemen-elemen visual logo melalui kerangka teoritis semiotika 

      Berdasarkan observasi visual, komposisi logo terdiri dari rangkaian huruf alfabet yang meliputi karakter 'K', 'A', serta 'I' dengan penerapan warna monokromatis biru tua serta jingga, serta dilengkapi dengan elemen grafis berupa ilusi bentuk rel pada struktur huruf 'A' dan 'I'

      Penerapan warna monokromatis biru tua pada karakter huruf "K" dan "I" mencerminkan sifat stabilitas,  profesionalisme, amanah, dan kepercayaan diri yang dipadukan dengan aksen warna orange pada karakter huruf "A" yang melambangkan  sifat antusiasme, kreativitas, tekad, kebahagiaan, dan kesuksesan.

      Implementasi logo P.T. KAI diwajibkan agar memastikan visibilitas dan keterbatasan yang memadai, baik pada jarak dekat hingga jarak jauh, serta tidak direkomendasikan untuk melakukan modifikasi pada karakteristik esensial logo yang meliputi struktur tipografi huruf serta skema pewarnaan.

C. Konsep 

      Dalam konteks kajian ini, berharap dilakukan pendekatan secara semiotika untuk mendalami secara komprehensif elemen-elemen serta aspek-aspek yang terkandung dalam komposisi logo P.T. KAI dengan menyertakan identifikasi atas penanda, petanda, definisi serta konotasi, serta eksplorasi atas makna-makna yang mendasari logo.

      Semiotika merupakan disiplin ilmu yang berfokus pada pengkajian sistematis atas tanda-tanda, simbol-simbol, serta sistem penandaan yang menjadi elemen fundamental dalam konstruksi makna dan komunikasi. Sebagai pendekatan teoretis,  Semiotika berupaya menganalisis bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan diproduksi dan diinterpretasikan dalam berbagai konteks kultural dan sosial.

      Secara epistemologi, semiotika didasarkan pada premis bahwa realitas sosial dan kultural dikonstruksi melalui sistem-sistem tanda yang kompleks yang melampaui perbedaan tradisional antara bahasa dan non bahasa serta berpandangan bahwa seluruh fenomena budaya dan komunikasi dapat dipahami sebagai sistem-sistem penandaan yang terstruktur. Dengan demikian, Semiotika menawarkan perangkat konseptual dan metodologis untuk mengeksplorasi bagaimana makna diproduksi, dikodekan, dan ditransmisikan melalui berbagai modus representasi.

      Dalam konteks akademis aplikasi semiotika meliputi analisis kritis atas teks, artefak, maupun praktik-praktik kultural dengan tujuan untuk mengungkap lapisan-lapisan makna tersirat ideologi serta dinamika kuasa yang terkandung di dalamnya pendekatan semiotika kerap dimanfaatkan dalam ranah humaniora ilmu sosial, serta berbagai disiplin yang terkait dengan studi budaya dan komunikasi. 

D. Teori

      Pada dasarnya, Semiotika bekerja dengan mengidentifikasi dan menganalisis tanda-tanda beserta sistem-sistem penandaan yang memungkinkan produksi, sirkulasi, dan interpretasi makna perspektif. Semiotika mengumandang bahwa realitas sosial kultural dikonstruksi melalui seperangkat tanda yang kompleks yang melampaui batas-batas konvensional antara bahasa dan non bahasa.

      Dalam kerangka teoritis semiotika, tanda (sign) dipahami sebagai entitas yang terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified) dimana penanda mengacu pada aspek material dan perseptual dari tanda,  sedangkan petanda merujuk pada konsep, makna, atau gagasan yang diwakilinya. Relasi kuat antara penanda dan petanda bersifat arbitrer atau konvensional dengan semua bergantung pada konteks budaya serta kesepakatan intersubjektif dalam komunitas interpretatif tertentu.

      Melalui proses pemaknaan, tanda-tanda tersebut kemudian diinterpretasikan dan dikaitkan dengan sistem-sistem referensi yang lebih luas mencakup kode-kode kultural, ideologis, serta konstruksi sosial atas realitas. Analisis semiotik berupaya mengungkap bagaimana makna dihasilkan, digunakan ,dan didistribusikan melalui berbagai medium representasi.

      Dalam aplikasinya pendekatan Semiotika dapat diarahkan pada aneka objek kajian mulai dari teks verbal, visual, audio visual, hingga praktik-praktik sosial dan budaya. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk mengidentifikasi struktur-struktur penandaan, menelusuri implikasi ideologis, serta memahami dinamika kuasa yang terlibat dalam proses produksi dan sirkulasi massa.

      Dalam penelitian yang dilakukan, kajian teoritis berpijak pada semiotika Ferdinand De Saussure yang memandang sebagai dialekta antara penanda dan petanda dalam sebuah sistem bahasa yang arbitrer. Semiotika Ferdinand De Saussure berpusat pada konsep tanda (sign) yang terdiri dari dua elemen yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda menjadi aspek material atau bentuk fisik dari tanda, seperti suara, tulisan, atau gambar. Sedangkan pertanda adalah konsep mental atau makna yang diwakili oleh penanda tersebut. Menurut De Saussure, hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer atau tidak ada hubungan logis atau alami antara keduanya. 

      Selanjutnya, De Saussure membedakan antara langue (sistem bahasa) dan parole (penggunaan bahasa dalam praktik komunikasi) di mana langue adalah sistem bahasa yang abstrak sedangkan parole adalah realisasi konkrit dari dalam bentuk tuturan atau tulisan. De Saussure berpendapat bahwa untuk memahami makna tanda kita harus memperhatikan relasi antar tanda dalam sistem bahasa,  bukan hanya makna literal dari tanda atau simbol itu sendiri.

E. Analisis 

      Suatu kajian yang komprehensif mengenai karakteristik elemen serta aspek-aspek logo P.T. KAI dengan pendekatan semiotika telah mengungkap nilai-nilai identifikasi yang terkandung dalam struktur logo yang meliputi penanda (signifier), petanda (signified), denotasi dan konotasi, serta mitos yang mampu menyingkap makna-makna tersembunyi dan konstruksi identitas korporat yang dipresentasikan melalui elemen-elemen visual logo tersebut. Temuan riset ini menyediakan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana sistem & kode-kode representasi dimanfaatkan dalam merancang identitas visual perusahaan yang kuat serta efektif dalam menyampaikan pesan-pesan strategis kepada khalayak.

      Berdasarkan penelitian komprehensif yang ditinjau melalui kerangka analisis Semiotika, dapat disimpulkan bahwa data-data hasil riset adalah sebagai berikut :

1. Penanda (Signifier)                                                 Mencakup wujud fisik serta aspek material dari objek, yaitu karakteristik tulisan pada logo tersebut yang meliputi karakter huruf "K", "A", serta "I".

2. Petanda (Signified)                                                  Memuat makna atau arti dari objek, yaitu tujuan serta peran dari logo untuk memberikan representasi secara visual terhadap identitas, kepribadian, nilai, serta visi dan misi badan usaha P.T. KAI yang mendukung penyampaian pesan dan informasi lebih detail tentang niat, tujuan, dan maksud dari berdirinya P.T. KAI.

3. Denotasi dan Konotasi                                           Denotasi merujuk pada makna literal atau harfiah dari objek yang meliputi penerapan warna monokromatis biru tua serta jingga, serta dilengkapi dengan elemen grafis berupa ilusi bentuk rel pada struktur huruf 'A' dan 'I' serta penerapan warna monokromatis biru tua pada karakter huruf "K" dan "I" mencerminkan sifat stabilitas, profesionalisme, amanah, dan kepercayaan diri yang dipadukan dengan aksen warna orange pada karakter huruf "A" yang melambangkan sifat antusiasme, kreativitas, tekad, kebahagiaan, dan kesuksesan.

         Sedangkan Konotasi mencakup makna yang tersirat atau asosiasi yang muncul dari objek yaitu sebuah entitas korporasi yang bergerak untuk menyediakan akses transportasi massal yang komprehensif bagi seluruh lapisan masyarakat sekaligus mendorong pengembangan infrastruktur nasional dan adopsi teknologi modern. Selain itu, P.T. KAI turut memegang peran dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia dalam upaya mencapai keberlanjutan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

4. Mitos                                                                             Meliputi makna kultural yang mencakup sisi identitas, kebudayaan, serta citra yang hendak dikembangkan oleh entitas korporasi. Hal ini merangkum nilai-nilai tujuan P.T. KAI secara komprehensif yang meliputi semangat pergerakan, kemajuan, perkembangan, dan inovasi sebagai penyedia jasa transportasi terkemuka, modern, andal, dan berintegritas serta mampu beradaptasi dan berkolaborasi dengan peradaban kebudayaan nasional untuk mendukung pembangunan stabilitas negara.

F. Kesimpulan 

      Dalam paradigma analisis semiotika yang kompleks, jelas, serta mendetail, eksplorasi terhadap elemen-elemen visual dan aspek-aspek konseptual pada logo P.T. KAI mampu memberikan data penelitian yang meliputi identifikasi tanda-tanda, sistem penandaan, serta interpretasi makna dari berbagai perspektif, denotasi dan konotasi, dan mitologi yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini memberikan pemahaman yang mendalam terkait cara logo P.T. KAI mengkonstruksi identitas, budaya organisasi, dan citra perusahaan melalui mekanisme produksi dan sirkulasi makna secara sistematis.

      Dalam kerangka teoritis ini, Semiotika mendalami pemahaman tentang bagaimana manusia dapat meneliti dan mengurai setiap tanda berikut sistem referensinya yang mencakup kode-kode kultural, ideologi, serta konstruksi sosial atas realitas. Dengan demikian, analisis semiotika yang mendalam terhadap artefak visual milik P.T. KAI memberikan wawasan yang kaya dan orisinal mengenai cara entitas korpora tersebut mengomunikasikan identitas, makna, dan citranya secara efektif melalui medium bahasa visual.

G. Daftar Pustaka 

https://youtu.be/zPbpsy4taBA?si=4-ForRIpGgeas6RA

Sastradinata, D. N. (2019). Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (perum) Kereta Api Menjadi Perusahaan Perseroan pt Kereta Api Indonesia (Persero). Jurnal Independent, 7(2), 215. https://doi.org/10.30736/ji.v7i2.104 

Isad, D., & Hariyanto, D. (2023). Semiotic Analysis of “Compass Type Retrograde Shoes” Instagram Ads (Semiotic Analysis of Ferdinand de Saussure). https://doi.org/10.21070/ups.1322 

https://doi.org/10.21070/ups.1256

Fauzi, A. R., Witantra, A. P., & Ardiansyah, A. (2023). Konstruksi Citra PT Kereta Api Indonesia (Persero) melalui perubahan logo perusahaan. Jurnal Inovasi Dan Kreativitas (JIKa), 2(2), 1–14.

 https://doi.org/10.30656/jika.v2i2.5905 

Mulyati, S. (2022). Analisis SWOT PADA PT Kereta Api Indonesia. https://doi.org/10.31219/osf.io/2pfbv 

References

Hadi, N. S., & Febriana, P. (2023). Meaning construction “Indonesia’s creative culture” at @Folkative Instagram account (Semiotic analysis Ferdinand de saussure). https://doi.org/10.21070/ups.1256

Halim, B., & Yulius, Y. (2023). Analisis semiotika Ferdinand de saussure pada film "Selesai". Gorga : Jurnal Seni Rupa, 12(1), 63. https://doi.org/10.24114/gr.v12i1.41423



Postingan populer dari blog ini

Literatur Review Jurnal Terkait "Penelitian Logo Perusahaan Kereta Api"

Analisis "Logo Perusahaan Kereta Api Indonesia" Berdasarkan Teori Semiotika